
MENINGGALNYA dua sosok pasutri yang telah menginspirasi banyak orang karena akhlaknya. Walau tidak lepas dari kekurangannya, namun begitu kabar duka tersebar, tidak saja meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga, tetangga, sahabat, anak-anak didik & karyawan almarhum-almarhumah. Termasuk, tetangga asal rumah kedua beliau, terlebih komunitas keumatan yang beliau rawat.
Tidak menyangka saat berita ini terdengar, tidak sekedar satu-dua orang. Namun, banyak yang mengirimkan pesan dan telepon karena pagi itu kami sedang menunaikan undangan profesi pengukuhan Guru Besar di Kampus UGM Yogyakarta. Bahkan, di antara sebagian kolega kami di Yogyakarta dibuat terkejut dan ada yang menceritakan tentang kebaikan beliau.
Spontan kami mohon izin untuk menjauh dari ruang persiapan acara untuk saling mengabarkan dan memohon izin untuk mempercepat meninggalkan Yogyakarta. Dalam perjalanan pulang Yogyakarta-Jember, kami mengenang, mengabarkan, dan melantunkan doa. Sempat bersua dengan kolega Unej dari luar FTP di kereta. Juga mengisahkan perihal yang mirip akan kedermawan, kesahajaan, dan kesabaran beliau berdua.
Ada seorang ibu yang menangis di sepanjang perjalanan kereta tatkala mengingat setiap pertemuan dan komunikasi selalu menyenangkan, menyejukkan, dan memberinya solusi di mana pun dan kapan pun.
Pagi-pagi tadi (Rabu) kami langsung ke rumah duka. Masih tidak percaya bila beliau berdua kini telah pergi begitu cepat. Masih terngiang akan wajah, langkah, senyum dan kesantunan beliau. Di tengah-tengah keluarga besar beliau, kami tuturkan sekelumit dari sekian banyak yang kami ketahui bila almarhum & almarhumah insyaAllah secara rokhaniyah telah berada dalam puncak prestasi spiritualnya.
Untuk itu, mari kita berusaha mengikhlaskannya. Beliau berdua bukan tipe orang yang lemah dan mudah mengeluh, bukan pemarah dan pembenci, justru ringan tangan & suka menolong siapa saja. Di komunitas bisnis beliau suka berbagi ilmu akan nilai-nilai spiritual dalam berbisnis. Sejak tahun 2016 lalu beliau telah mengajak kami hijrah meninggalkan bisnis-bisnis konvensional.
Saat beliau berkisah akan situasi bisnisnya, beliau malah sedang berjuang meninggalkan cara-cara konvensional dalam bertransaksi. Membantu kolega mendapatkan perlatan komputer & sejenisnya dengan membayar tunda semampunya tanpa sedikit pun dikenai teguran dan. Itu juga sudah biasa beliau lakukan.
Ketika ada kolega datang minta maaf karena belum bisa tunaikan janji, beliau dengan senyum ramah justru alihkan pembicaraan dengan tema lainnya dan menanyakan kabar si keluarga kolega tersebut. Hal itu juga telah sering kami saksikan. Kesabaran dan kesantunannya bagi kami pribadi sangat sulit untuk ditirunya.
Bila ada kolega yang sedang dalan kesulitan, beliau tidak saja mau didatangi kapan saja selama tidak sedang tugas atau sedang berada di luar kota. Tetapi, justru beliau yang mendatanginya. Sampai tulisan ini dibuat, profil di WhatsApp beliau adalah foto ibunda beliau. Hampir setiap akhir pekan beliau menyempatkan menjenguk ibudanya di Gresik. Saat ada kegiatan di sekitar Surabaya, beliau selalu sempatkan mengunjungi ibundanya.
Wisata rokhani beliau adalah ke Tanah Suci yang telah sering beliau tunaikan bahkan bersama ibundanya. Di usia yang relatif muda, beliau telah tunaikan ibadah haji. Sejak mahasiwa beliau adalah orang yang rajin dan aktif baik dalam organisasi maupun belajar berwirausaha.
Bila beliau kini punya bisnis yang relatif besar di bidang komputer dan IT untuk skala Jember, adalah wajar dan bukan tiba-tiba. Karena sejak masih mahasiswa dan kos di Jl Mastrip Jember, beliau biasa mengumpulkan tabung-tabung komputer bekas. Beliau rawat dan bersihkan tabung-tabung komputer tersebut hingga kembali seperti baru, tidak sedikit yang tertarik membelinya untuk dirakit kembali dengan hardware yang baru. Selain sebagai dosen dan ustad, beliau adalah pengusaha yang konsisten, inspiratif dan ulet sejak mahasiswa.
Salah satu sosok yg menguatkan eksistensi FTP Care adalah beliau. FTP Care saat itu dibentuk bersama untuk menjalin kepedulian sosial antar segenap keluarga besar FTP UNEJ agar kepedulian mulai dari pimpinan hingga dosen dan karyawan terorganisir dengan baik, terhindar dari penyalahgunaan anggaran, clear dan tanpa membedakan keyakinan. (Mohin izinkan & maafkan bila saya harus berkisah ini).
Saat kita sepakati tentang besaran iuran dalam pertemuan bersama (Tea Morning) keluarga besar FTP UNEJ sesuai kemampuan warga besar FTP UNEJ antara minimal Rp. 2.500 (bagi karyawan kontrak) dan minimal Rp. 5.000 (bagi PNS) melalui keberadaan FTP Care, usai pertemuan tersebut beliau datang ke ruang saya (Ruang Dekan saat itu) turut menguatkan terwujudnya FTP Care.
Ingat betul saya waktu itu dengan kalimat singkat beliau, “Mas Niatnya Sae, dipun wiwiti mawon.” (walau almarhum adalah adik kelas saya, kami biasa saling panggil mas baik di dlm maupun di luar kampus dengan berbahasa Jawa kromo campuran, saling peluk setiap bertemu sudah biasa). Bahkan terakhir minggu lalu bertemu saat shalat magrib jamaah di Masjid Ash-Shifa FK-UNEJ dengan posisi beliau bersama 3 putra lelakinya yang masih kecil-kecil berada di shaf depan, persis samping kanan saya.
Usai berdoa, juga biasa bersalaman dan bahkan peluk erat dengan lempar senyum ramah natural dan spontan. Sering beliau lebih dahulu yang menanyakan kabar kami termasuk saat itu. Sehingga sulit dimaknai atau dibedakan bahwa saat itu adalah pertemuan terakhir kami.
Melanjutkan cerita FTP Care tadi, setelah beberapa saat beliau bertemu saya dan bilang, “Sae Mas Monggo dipun wiwiti mawon (bagus mas mari dimulai saja).” Dan tidak ada statement lainnya selain saling mengabarkan keadaan masing-masing. Lalu Kasub Kepegawaian & Keuangan FTP UNEJ (Ibu Ari Indrati Manis & kawan-kawan sub bag keuangan menginformasikan bahwa Pak Askin tidak mau iuran Rp. 2.500 s/d Rp. 5.000, tetapi justru semua jatah uang makannya saat itu senilai sekitar Rp 400 ribu sekian beliau wakafkan setiap bulan untuk FTP Care (walau ini tidak sempat terpantau setelah sistem penggajian bergeser melalui rekening masing-masing, namun saya sangat yakin karena beliau tidak memikirkannya entah telah ditarik atau belum). Mengingat sifat beliau, bahwa waqaf tanah, harta & ilmu lebih-lebih untuk lembaga pendidikan beliau tidak pernah berpikir panjang untuk menunaikannya, yang ditunaikan sering spontan-spontan.
Sungguh bagi saya pribadi merupakan akhlak yang masih sulit untuk ditiru. Alhamdulillan ilmu spiritual bisnis yang baik merupakan salah satu warisan yang insya Allah akan kami teruskan. Kami mengenang pemikiran-pemikiran itu bahkan soft file-nya telah dan akan kami tularkan kepada mahasiwa, kolega, dan siapa pun. Kini spirit hijrah dari bisnis konvensional tersebut semoga bisa kami tiru untuk bisa kami perjuangkan dan tunaikannya.
Selamat jalan sobat…., Mas Askin dan Mbak Inggarwangi….
Semoga yang kasat mata maupun yang tidak tampak di mata kami, semua kebaikan-kebaikan yang telah engkau investasikan akan mengantarkan dan memudahkan kalian menuju ampunan dan surga-Nya. Kami tak akan pernah melihat jasadiyahmu lagi yang tinggi tegap, berambut hitam, berkulit sawo matang, tampan dan cantik, santun & murah senyum, karena insyaAllah kini kalian telah berada di sana dengan tenang dan memandang kami semua dengan senyum-senyum surgawi.
Wallahualam.
Wassalam,
(Yuli Witono, Idha Kurniawati & keluarga yang sering kalian buat tersenyum)
Catatan: Tulisan mantan Dekan FTP Unej ini beredar via WA, diunggah dengan niat motivasi kebaikan kepada sesama dan tahaddus binikmah.