Haflah Zahrawain Madina Ibnu Katsir

“Coba kita lihat diri kita saat seusia mereka”, tutur KH. Abu Hasanuddin saat memberi taujih di acara Haflah Zahrawan Madina Ibnu Katsir sembari menunjuk para wisudawan dan wisudawati. “Saya sendiri, di usia 8 tahun, bisanya cuma nyari belut di sawah, nyareh gentak”, pungkasnya sembari tertawa. Para hadirin yang hanya terdiri dari para walimurid wisudawan juga turut tertawa. 

 

Mereka yang dimaksud adalah 7 dari 27 santri kelas 3 Madina Ibnu Katsir yang pada hari ahad, 27 Juni 2021 mengikuti wisuda Zahrawain dikarenakan mereka telah menyelesaikan hafalan al-Baqarah dan ali Imron, kemudian mampu membacanya tanpa melihat al-Qur’an dalam “sekali duduk”. Dari 21-24 Juni, 7 santri yang terdiri dari Gisel, Adil, Nayla, Kaysa, Ale, Fahri dan Caca melaksanakan tasmi’ Zahrawain di kediaman masing-masing dengan disimak oleh orang tua. Ada juga santri yang tasmi’ di rumah KH. Abu Hasanuddin dengan tetap ditemani dan disimak oleh ayah dan bunda mereka. Lucunya, bukan para santri wisudawan wisudawati yang deg-degan, namun ayah bunda merekalah yang merasakannya

 

Istilah Zahrawain sendiri diambil dari hadits Rasulullah yang diriwayatkan poleh imam Muslim, “ Bacalah Az Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat Al Baqarah dan ali-Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya), keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua surat tersebut”. 

 

Dengan telah menyelesaikan hafalan al-Baqarah dan ali-Imron, sudah hampir ⅓ al-Qur’an mereka hafalkan, karena mereka juga sudah menghafalkan juz 27-30 saat masih duduk di kelas 2. Namun, perjalanan dan perjuangan mereka belum terhenti sampai disini. Dengan  memohon pertolongan Allah, Madina Ibnu Katsir akan berjuang untuk mengantarkan para santri-santri cilik ini agar dapat menyelesaikan hafalan 30 Juz sebelum lulus SD, tentu saja juga dengan dukungan dan sinergi yang baik dengan para wali murid.

 

Saat KH. Abu Hasanuddin menanyakan kepada mereka tentang alasan mereka menghafalkan al-Qur’an, seluruhnya serentak menjawab, “saya ingin masuk surga bersama ayah dan bunda”. Tabaarakallah!