Tips Ustadz Arif Untuk Merawat Iman di Akhir Zaman | Majlis Dhuha Edisi Februari 2024

oleh : Ika Salim & Husna Merciani

Bulan ini adalah bulan Rajab. Para Ulama mengibaratkan bulan Rajab ini sebagaimana seorang petani memulai untuk bercocok tanam, kemudian bulan Sya’ban untuk menyiram dan bulan Ramadhan adalah untuk memanen dan memetik buah. Untuk memanen dengan kualitas yang bagus, tentu dibutuhkan cara menanam atau merawat dengan baik dan bagus pula.

DR. Yusuf Qardhawi menyebutkan dalam salah satu kitabnya, “Allah SWT memberikan kita sebuah rizki berupa iman, yang mana kita harus bersyukur karena dengan iman itulah yang menjadikan kita umat muslim sebagai penyelamat bumi.”

Ada sebuah kisah yang berasal dari seorang penyelam dari Mexico yang sudah menyelam selama puluhan tahun. Pada suatu kesempatan dia menyelam dan menemukan aliran sungai di kedalaman samudera. Penyelam tersebut menguji rasa air itu dengan meminumnya, dan mendapati rasanya tawar seperti air biasanya. Tentu saja ia merasa takjub. Bagaimana mungkin air yang berasal dari dasar samudera terasa tawar? Ia pun menelusuri berbagai cabang ilmu yang menjelaskan fakta tersebut dan menemukannya pada Al-qur’an. Tak lama setelah itu ia pun mengucapkan 2 kalimat syahadat. MaaSyaaAllah. Allahu Akbar.

Iman itu mengalami fluktuasi. Bisa naik dan turun. Naik karena taat, dan turun karena maksiat. Tugas kita adalah terus menambah kualitas iman karena iman adalah modal utama yang kita miliki. Seperti dikisahkan bahwa Amiirul Mu’miniin Umar bin Khattab RA memiliki sebuah kisah dimana ia suka tertawa sendiri jika mengingatnya.

Ketika ditanya tentang kisahnya, ia berkata, “Dahulu aku pernah membuat Tuhan dari manisan dan menyembahnya. Namun ketika lapar, aku memakannya. Aku memakan Tuhanku”.

Iman adalah perantara keajaiban. Palestina contohnya. Jika dinalarkan dengan logika, tidak mungkin mereka bisa menahan serangan musuh Allah yang begitu kejam. Namun karena iman yang ada di dada mereka, membuat mereka sama sekali tidak takut ataupun gentar. Allahu Akbar.

Kisah kedua yaitu dari seorang penyair wanita bernama Khonsa’ yang mempunyai empat orang anak. Keempat anaknya mengikuti peperangan dimana pasukan kaum muslimin berhadapan dengan Persia. Sebelum pergi berperang, Khonsa’ menasehati anak-anaknya dengan berkata “ini adalah peperangan di medan jihad. Dan ini adalah kemuliaan untukku yang memiliki anak seorang pejuang. Wahai anak-anakku, Ketika perang berkecamuk, masuklah kalian ke Tengah-tengahnya”.

Di medan perang, keempat anaknya saling mengingatkan akan nasehat sang ibu, hingga keempatnya menjadi syahid pada perang yang dimenangkan kaum muslimin tersebut. Ketika mendengar kabar syahidnya keempat anaknya, Khonsa’ berdo’a, ”Subhanallah yang sudah memuliakanku sebagai ibu dari mereka. Semoga Allah menyatukan kami di surga-Nya.”

Bagaimana cara kita merawat iman di akhir zaman yang banyak tamu masuk tanpa permisi ini? Saat handphone dan sosial media seakan menjadi kebutuhan utama kita. Jangan sampai kita termasuk orang yang dikatakan Rasullah SAW sebagai orang yang paginya beriman, namun sorenya kafir ataupun sebaliknya.

Setidaknya ada lima hal yang akan dihadapi oleh orang beriman,

  1. Bertemu dengan orang beriman yang hasad terhadapnya. Orang yang hasad adalah orang yang lemah imannya karena merasa apa yang dimiliki orang lain lebih baik darinya.
    Hasad bisa menghanguskan pahala seseorang, bagaikan api yang melalap kayu bakar. Ketahuilah bahwa rezeki tak akan kemana. Allah maha pengasih. Allah tak mungkin salah dalam mengatur rezeki.
  2. Berhadapan dengan orang munafik. Ia Islam dalam perkataan, namun dalam perbuatannya ia kafir atau memusuhi islam, orang dengan jiwa kemunafikan inilah yang Allah letakkan dalam dasar neraka jahannam.
  3. Diperangi oleh orang kafir, seperti yang terjadi pada saudara kita di Palestina.
  4. Diuji dengan hawa nafsu yang mengajak kepada keburukan. Saat rambu-rambu agama terkalahkan oleh trend-trend yang justru membuat cacat iman, mengutamakan nafsu dan menggampangkan syariat agama, maka itulah yang menyebabkan seseorang jauh dari tuhannya.
  5. Diikuti oleh syaitan yang menyesatkan. Ketahuilah bahwa setan mengalir dalam darah kita, senantiasa mengiringi disetiap deru nafas. Setan tidak pernah tidur, ia akan melakukan segala cara untuk menyesatkan manusia.

Ketika kita rasakan iman yang kita miliki itu melemah, maka perlu kesadaran dan penanganan yang cepat, tepat dan akurat agar tidak berdampak buruk bagi kita, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Diantara tanda-tanda iman yang melemah yaitu kurangnya hasrat untuk segera menunaikan hak kepada Allah SWT. Ketika adzan berkumandang, apakah kita mampu dengan bersegera memenuhi panggilanNya dan meninggalkan segala aktivitas yang kita kerjakan?, jika kita masih belum bisa meninggalkannya maka disitulah iman kita perlu dipertanyakan.

Lantas bagaimana cara menegetahui iman kita sedang lemah atau sedang sakit? Lain halnya dengan sakit fisik, ia tentu bisa di periksa ke dokter atau rumah sakit terdekat serta kita akan langsung mendapatkan obatnya.

Utsman ra. Pernah berkata, “Jikalau iman seseorang itu sedang bersih, maka ia tidak akan bosan membaca Al-Qur’an.” Inilah amalan yang bisa kita lihat dan lakukan, bahwa seseorang mampu dikatakan istiqamah saat ia terus berada dekat dengan Al-Qur’an. Ia tak akan merasa puas dan akan merasa selalu kurang sehingga akan terus membaca dan membaca Al-Qur’an.

Kemudian tentang kesungguhan kita dalam beramal, Allah akan senantiasa memberikan kemudahan atau jalan keluar bagi siapapun hambanya yang mau bersungguh-sungguh. Salah satu hadist menyebutkan bahwa barang siapa yang berniat untuk sholat berjama’ah dan mendapatkan takbiratul ikhram dari sang imam selama 40 hari, maka ia akan terhindar dari sifat nifaq dan api neraka.

Merasa diawasi oleh Allah ﷻ dan senantiasa bermuhasabah juga dapat membuat kita dapat merawat iman di akhir zaman.