Di Hari Kemerdekaan, 5 Alumni Membawa Sanad Al Quran dan Tajwid Ke Ibnu Katsir

Dalam rangka pengembangan pendidikan pesantren, Ibnu Katsir mengirimkan 2 delegasi untuk mengikuti program sanadisasi Al Quran kilat di Surabaya. Selama 11 hari, mereka dituntut untuk menyetorkan hafalan 30 juz dengan riwayat selain riwayat imam Hafs. Sebagai tambahan informasi, Al Quran yang secara umum dihafalkan oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, adalah bacaan dengan riwayat imam Hafs. Selain itu, masih banyak riwayat lainnya yang absah dan sah untuk dipergunakan dalam sholat.

Target yang tidak main-main ini membuat persyaratan untuk mengikuti daurah sanadisasi Al Quran ini begitu berat. Salah satunya adalah peserta diharuskan sudah memiliki hafalan 30 juz mutqin dengan riwayat imam Hafs. Adapun untuk delegasi Ibnu Katsir, Yunus Firmansyah memilih untuk menyetorkan qiroat Imam Ashim, sedangkan Muhammad diminta untuk menyetorkan bacaan imam Qunbul ‘an Ibn Katsir.

Selama 7-17 Agustus, setiap harinya mereka harus menyetorkan bacaan 3 juz dan menerima berbagai catatan koreksi tentang tajwid, riwayat, fashohah, dan lain sebagainya dari Syaikh Mochamad Ihsan Ufiq. Beliau adalah putra Surabaya yang sudah 17 tahun tinggal di Qatar, pewaris sanad Qiroah Asyrah Kubro dan murid kesayangan dari Syaikh Ahmad Isa Al Ma’sharawy yang merupakan pemegang sanad Al Quran tertinggi di dunia. Memanfaatkan waktu liburannya dari Qatar, beliau ingin agar waktu berliburnya bukan hanya digunakan untuk bersenang-senang, namun juga bermanfaat bagi masyarakat.

Kegiatan halaqah Al Qur’an dimulai ba’da shubuh dan terus berlanjut hingga pukul 12 malam, hanya terjeda oleh sholat dan istirahat sebentar di siang atau sore harinya. Alhamdulillah, banyak sekali ilmu yang didapatkan perihal Al Quran. Lebih dari itu, 2 delegasi yang dikirimkan Ibnu Katsir dapat menyelesaikan seluruh target hingga memperoleh sanad Al Quran langsung dari Syaikh Ihsan. Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushshoolihat.

Semoga Sanad Al Quran yang “dibawa pulang” ke Ibnu Katsir ini dapat membawa manfaat yang besar sekaligus memantik semangat bagi para santri dan alumni untuk meningkatkan kapasitas di bidang hafalan Al Quran.


Bukan hanya mengirimkan delegasi untuk sanadisasi Al Quran, Ibnu Katsir juga mengutus 3 delegasi untuk belajar tajwid bersanad secara intensif. Dalam acara dan lokasi yang sama, ustadz Fuad, ustadz Rendi, dan ustadz Ma’ruf mendapatkan beban untuk menghafalkan matan As Samannudiyah sejumlah 237 bait, memahami syarahnya, dan mentasmi’kannya sekali duduk di hadapan Syaikh Ihsan.

Matan As Samannudiyah ini memuat berbagai macam pembahasan dan permasalahan tajwid mulai dari zaman dahulu hingga yang terbaru, hingga dijuluki sebagai kitab tajwid fenomenal masa kini. Jika sementara ini yang populer di Indonesia adalah Tuhfatul Athfal dan Jazariyah, maka, Syaikh Ihsan mengkategorisasikan level As Samannudiyah ini berada setingkat di atas Jazariyyah.

Pengambilan sanad tajwid ini sangat penting, karena hafalan Al Quran tidak bisa dipisahkan dari tajwid. Memiliki sandaran ilmu tajwid yang bersanad akan membuat kualitas bacaan dan hafalan Al Quran akan semakin baik lagi. Terbukti dari pengalaman para delegasi yang sebelumnya sudah berulangkali belajar ilmu tajwid, ternyata ada banyak ilmu baru yang mereka dapatkan ketika mempelajari dan menghafalkan matn As Samanudiyah ini.

Kedepannya, ilmu tajwid level lanjut yang baru saja didapatkan langsung dari sumbernya ini akan langsung diajarkan kepada para mahasantri Ibnu Katsir, juga kepada para SDM pengajar Al Quran yang berada di unit-unit di bawah naungan Ibnu Katsir.