
Ringkasan materi dr. Gamal Albinsaid oleh Husna dan Ika, Mahasantriwati Ibnu Katsir 2
Bagaimana cara kita menyiapkan generasi penerus agar bisa berprestasi lebih baik? Hal pertama yang harus difokuskan adalah menemukan potensi diri. Ada dua teori yang relevan. Pertama, “True Calling,” sebuah teori dari seorang dosen di Harvard University. Ia mengatakan bahwa jika kita ingin menikmati hidup, mencapai hal-hal luar biasa, dan memberikan dampak besar, kita harus memastikan untuk melakukan tiga hal: pleasure (kesenangan), strength (kekuatan), dan meaning (makna). Kita harus menguasai apa yang kita sukai dan menjadikannya bermanfaat. Ketika kesenangan bertemu dengan ketangguhan, dibalut dengan ketulusan, kita akan melihat bagaimana Allah memberikan hasil yang baik.
Teori kedua adalah IKIGAI, teori populer dari Jepang setelah KAIZEN. Teori ini menekankan empat hal: apa yang kita sukai, apa yang kita kuasai, apa yang dibutuhkan dunia, dan sesuatu yang bisa mendatangkan rezeki. Dokter Gamal sebagai salah satu dari 50 motivator dunia menyukai tiga hal: inovasi kesehatan, wirausaha sosial, dan menginspirasi anak muda untuk bertindak nyata. Jika anak-anak kita mengikuti passion mereka, finansial hanya menjadi masalah waktu. Namun, sayangnya, 87% mahasiswa di Indonesia salah jurusan dan 71% bekerja tidak sesuai dengan pendidikan mereka. Oleh karena itu, jangan korbankan potensi atau passion kita hanya demi rupiah.
Kedua, kita harus siap untuk menghadapi kesulitan. Kita perlu merasakan jatuh dan tertatih, serta keluar dari zona nyaman. Wa maa lazzatu illa ba’da ta’b. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras. Jika generasi kita terus berada di zona nyaman, mereka tidak akan berhasil. Adakah cara instan untuk meraih prestasi? Tidak ada. Kita harus mau berjuang. Apa yang kita lakukan mungkin kecil dan sederhana, tetapi dengan keikhlasan, kerja keras, dan gotong royong, Allah sepenuhnya berwenang untuk memberikan keberhasilan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Jadi, jangan pernah meremehkan kebaikan, sekecil apa pun itu.
Namun, kerja keras saja tidak cukup. Hal yang lebih penting adalah keberkahan. Banyak orang tua yang rela mengorbankan mimpi mereka demi mewujudkan mimpi anak-anaknya, namun sering kali anak-anak lupa akan pengorbanan itu. Satu dari tiga amal yang paling dicintai Allah adalah anak yang berbakti, dan satu dari dua adzab yang dipercepat di dunia adalah anak yang durhaka. Cara kita memperlakukan orang tua akan mencerminkan bagaimana Allah memperlakukan kita. Orang yang percaya diri bukan hanya orang yang yakin pada kemampuannya, tetapi juga yakin bahwa Allah selalu bersamanya.
Sebagaimana kisah Sultan Muhammad Al-Fatih yang berhasil membebaskan Konstantinopel. Banyak pemimpin besar sebelumnya mencoba, seperti Sulaiman bin Abdul Malik, Harun Ar-Rasyid, Sultan Beyazid I, dan Sultan Murad II, namun mereka gagal. Allah memilih Muhammad Al-Fatih mungkin karena dia adalah pemuda yang menjaga kedekatannya dengan Allah, dan keberhasilan serta kemuliaan datang dalam kehidupannya.
Mungkin anak-anak kita akan membenci kerja keras, tapi kerja keras adalah kunci keberhasilan.
Lebih baik menderita karena kedisiplinan daripada menderita karena kegagalan dan penyesalan.
Waktu bisa menjadi pembeda antara mereka yang memanfaatkannya dengan baik dan mereka yang menyia-nyiakannya. Satu hari menghabiskan dua jam di media sosial mungkin tidak terlihat signifikan, tetapi dalam 10 tahun, itu bisa menghabiskan 10.000 jam. Masa depanmu ditentukan oleh rutinitas harianmu.
Ketiga, presisten dan konsisten. Teruslah melakukan sesuatu meskipun menemui kesulitan, dan lakukan dalam jangka waktu yang lama. Jangan terlalu bangga dengan ide yang dimiliki, fokuslah pada masalah yang ingin diselesaikan. Banyak yang punya ide, tetapi tidak banyak yang bisa mengeksekusinya dan menarik orang lain untuk membantu. Fokus pada tindakan nyata daripada hanya berbicara tentang apa yang ingin dilakukan atau mengkritik orang lain.
Keempat, memiliki visi yang jelas. CR7 pernah berkata, “I don’t care what people say. In my mind, I am always the best.” Rahasianya adalah kerja keras dan dedikasi. Jangan batasi mimpi kita hanya karena keterbatasan sumber daya hari ini. Pegang visi dan percayalah pada proses. Terkadang, karakter kita menjadi penghambat pertumbuhan, seperti ketakutan mencoba hal baru, menanggapi kritik sebagai serangan pribadi, dan melihat kegagalan sebagai batasan. Jadikan semua itu sebagai sarana belajar dan tumbuh. Keberhasilan adalah perjalanan dari kegagalan satu ke kegagalan lain tanpa kehilangan semangat.
Terakhir, keikhlasan. Orang yang paling cerdas adalah orang yang menyiapkan sesuatu untuk akhir hidupnya. Banyak manusia yang lalai, padahal kain kafannya sedang ditenun. Jangan mengejar sesuatu yang tidak bisa kita bawa mati. Jika kita sempurnakan niat, Allah akan sempurnakan pertolongan-Nya. Jika akhirat dan kebaikan yang kita tuju, maka dunia akan datang tunduk.