Kesehatan dan Kepedulian: Refleksi Majlis Dhuha Menjelang Ramadhan

Ringkasan Pengajian Majlis Dhuha Edisi Februari oleh Mahasantriwati Ibnu Katsir 2, Ika Salim

Majlis Dhuha edisi Februari kali ini terasa lebih spesial dibandingkan sebelumnya. Selain sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan, acara ini juga menghadirkan dua narasumber istimewa. Yang pertama adalah dr. Moch. Dwikoryanto, Sp.Bs, FINPS, FINSS., seorang dokter spesialis bedah saraf sekaligus salah satu dewan pendiri Ibnu Katsir. Beliau membawakan tema mengenai strategi tepat dalam mengelola kesehatan jasmani dan rohani agar tetap optimal sepanjang Ramadhan. Selain itu, majlis ini juga kedatangan seorang ulama dari Palestina, yaitu Syaikh Dr. Nidhol Kamal, yang merupakan anggota Majlis Ulama Palestina. Kehadiran beliau semakin meningkatkan antusiasme jamaah yang hadir dalam jumlah lebih banyak dibandingkan sebelumnya.

Dr. Moch. Dwikoryanto memberikan berbagai tips kesehatan untuk menjalani Ramadhan dengan baik. Beliau menekankan pentingnya menjaga pola makan, mengatur jam tidur, serta mempersiapkan mental dan spiritual agar ibadah di bulan suci semakin maksimal. Dengan pola hidup yang seimbang, umat Muslim dapat menjalani puasa dengan kondisi tubuh yang sehat dan jiwa yang kuat.

Setelah sesi kesehatan, Syaikh Dr. Nidhol Kamal memberikan ceramah yang begitu menggugah tentang kondisi terkini Palestina. Mendengar nama Palestina saja sudah memberikan kesan mendalam bagi umat Muslim, karena ikatan antara Palestina dan Indonesia bukan sekadar hubungan antarnegara, melainkan satu kesatuan di bawah payung keimanan.

Dalam ceramahnya, Syaikh mengingatkan pentingnya ukhuwah Islamiyah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, Surah Al-Hujurat ayat 10:

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”

Seorang Muslim sejati akan merasakan kesedihan ketika saudaranya dalam kesulitan. Rasulullah ﷺ juga bersabda bahwa umat Islam itu bagaikan satu tubuh, jika satu bagian sakit, maka seluruh bagian tubuh akan merasakannya.

Syaikh Dr. Nidhol Kamal menceritakan kisah memilukan tentang kondisi masyarakat Palestina yang menjadi korban perang. Banyak dokter yang ditugaskan untuk menyelamatkan nyawa terpaksa meninggalkan rumah sakit karena tekanan dari Zionis.

Akibatnya, para pasien yang sebelumnya masih berjuang untuk hidup, akhirnya meninggal dunia dalam kondisi memilukan. Kisah ini begitu menyayat hati, membuat banyak jamaah meneteskan air mata.

Syaikh Nidhol juga menjawab pertanyaan yang kerap muncul:

“Mengapa kita harus membantu Palestina?”

Beliau menegaskan bahwa Palestina bukan hanya milik rakyat Palestina, melainkan milik seluruh Muslim di dunia. Palestina tidak bisa diperjualbelikan, sebagaimana Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Oleh karena itu, ketika Palestina diserang sedemikian rupa, maka kewajiban umat Muslim untuk membelanya.

Beliau mengutip ayat pertama dari Surah Al-Isra yang menyebutkan keberkahan Masjid Al-Aqsa. Ayat ini menjadi bukti bahwa Palestina adalah tanah suci yang wajib dipertahankan oleh setiap Muslim. Bahkan, seorang ulama menyatakan bahwa siapa saja yang meyakini bahwa jihad di Palestina tidak wajib, maka ia telah kafir, karena menolak ayat Al-Qur’an yang jelas menyebutkan keutamaan Palestina.

Sebagai penutup, Syaikh Nidhol mengajak umat Muslim untuk membela Palestina dengan segala potensi yang dimiliki. Bantuan dapat diberikan dalam berbagai bentuk, baik melalui harta, tenaga, usaha, maupun doa. Setiap Muslim memiliki peran dalam perjuangan ini, sekecil apa pun itu. Majlis Dhuha kali ini pun menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kepedulian terhadap Palestina bukan hanya tanggung jawab mereka yang tinggal di sana, tetapi kewajiban seluruh umat Islam di dunia.

Dengan penuh harapan, majlis ini ditutup dengan doa bersama untuk keselamatan dan kemenangan saudara-saudara kita di Palestina. Semoga setiap langkah dan upaya yang kita lakukan menjadi bagian dari perjuangan yang diberkahi oleh Allah SWT.