Menjaga Hafalan di Tengah Kesibukan Ala Zainab, Mahasantri Berprestasi Ibnu Katsir 2 Putri

Sebagai seorang mahasantri berprestasi yang telah memenangkan berbagai penghargaan dalam bidang Al-Qur’an, Zainab berbagi kisah perjalanannya serta berbagai tips dalam menjaga hafalan di tengah kesibukan. Berikut adalah hasil wawancara tim Majalah Quran dengan Zainab.

Setelah lulus SMA di Pondok pesantren Khoiro Ummah Yogyakarta dan menjalani masa pengabdian selama satu tahun, Zainab berniat untuk melanjutkan kuliah sambil tetap menjaga hafalannya. Namun, pada tahun pertama pengabdian, ia tidak diperbolehkan membawa ponsel sehingga meminta keluarganya mencarikan pesantren yang menyediakan pendidikan kuliah. Saat masa pengabdian kedua, keluarganya menemukan Pondok Pesantren Ibnu Katsir di Jawa Timur.

“Awalnya saya coba mendaftar di bulan Januari. Setelah berdiskusi dengan Umi dan Abi, Alhamdulillah mereka merestui, dan akhirnya saya dimudahkan untuk masuk ke sini hingga sekarang,” pungkasnya.

Diakui Zainab, pernah terlintas di pikirannya untuk keluar dari pondok, tetapi ia menyadari bahwa dirinya belum siap untuk menjaga diri sendiri di luar. “Di sini, kita selalu diingatkan ketika melakukan kesalahan. Lingkungan yang baik ini sangat membantu,” katanya. Ia juga melihat bahwa beberapa teman yang kuliah di luar terkadang kurang bisa menjaga interaksi dengan lawan jenis. “Semoga dengan berada di lingkungan seperti ini, Allah menjaga kita semua,” harapnya.

Salah satu trik utama yang Zainab lakukan dalam menjaga hafalannya adalah mengulang bacaan Al-Qur’an saat shalat. “Sebenarnya ini sudah sering disampaikan oleh ustaz dan ustazah kita, ya. Murajaah saat shalat itu pengaruhnya besar sekali,” ujarnya.

Ia mencontohkan bahwa ketika melaksanakan shalat tahajud, ia berusaha membawa hafalan dari juz yang lebih sulit, seperti juz 18 atau 19. “Jadi sebelum shalat, saya coba mengulang dulu, lalu setelah shalat saya cek kembali apakah ada kesalahan,” tambahnya. Cara ini juga bisa diterapkan dalam shalat sunnah lainnya, meskipun Zainab mengakui belum sepenuhnya istiqamah dalam praktik ini.

Selain dalam shalat, Zainab juga membiasakan murajaah di tengah aktivitas sehari-hari. “Kita bisa tetap mengulang hafalan meski dalam perjalanan, seperti di dalam bus atau saat naik motor,” jelasnya. Menurutnya, kebiasaan ini melatih kemampuan untuk tetap fokus meskipun berada di lingkungan yang ramai. “Kalau kita bisa konsentrasi di tempat yang ramai, maka di tempat yang tenang akan jauh lebih mudah,” katanya.

Zainab juga menekankan pentingnya menjauhi musik yang tidak bermanfaat bagi penghafal Al-Qur’an. “Alhamdulillah, di pondok sebelumnya saya sudah dilatih untuk tidak terbiasa dengan lagu-lagu yang kurang baik. Di Ibnu Katsir pun hal ini tetap diterapkan,” ujarnya. Dengan demikian, saat berada di tempat umum dan tidak sengaja mendengar lagu, ia berusaha mengendalikan diri dengan memperbanyak istighfar. “Kita tidak bisa mengontrol lingkungan, tapi kita bisa mengontrol diri sendiri,” tambahnya.

Dalam persiapan lomba, Zainab sangat menekankan pentingnya memahami ayat-ayat mutasyabihat (ayat yang memiliki kemiripan lafadz). “Ketika kita mendapatkan soal, sebaiknya langsung membayangkan di juz mana ayat itu berada, misalnya karena ada perbedaan kecil pada kata tertentu,” jelasnya. Agar lebih mudah mengingatnya, ia sering mendiskusikan ayat-ayat tersebut dengan teman-temannya. “Kadang, sesuatu yang kita sampaikan ke orang lain justru lebih melekat di ingatan kita,” katanya.

Bagi Zainab, salah satu hal terpenting dalam perjalanan menghafal Al-Qur’an adalah doa. “Jangan lupa minta doa dari ustazah, teman-teman, dan terutama orang tua,” pesannya. Motivasi terbesar Zainab untuk tetap bertahan di Ibnu Katsir adalah karena ingin mencari ridha orang tua. “Saya berharap, dengan tetap berada di sini, Allah meridai saya melalui ridha mereka,” tuturnya.

Menurut Zainab, tujuan utama keberadaannya di Ibnu Katsir adalah menjaga hafalan dan terus membersamai Al-Qur’an. “Selagi kita bisa menjadi bagian dalam menjaga Al-Qur’an, kenapa tidak?” ujarnya dengan penuh keyakinan. Ia berharap dapat terus bersama Al-Qur’an, bukan hanya selama di pondok, tetapi hingga akhir hayatnya.

Zainab berharap bahwa perjalanan dan tips yang ia bagikan ini dapat menginspirasi para penghafal Al-Qur’an lainnya untuk tetap menjaga hafalan di tengah kesibukan dan tantangan hidup.