Studi Banding dari Padang ke TK Qur'an Ibnu Katsir Jember

Suasana pagi di tanggal 02 Juli 2025 itu terasa istimewa bagi para guru TK Qur’an Ibnu Katsir. Meski hanya di layar, mereka menerima tamu studi banding sepenuh hati. Saling sapa penuh senyum melintasi ribuan kilometer antara Padang dan Jember. Dalam ruang virtual Google Meet, dua lembaga pendidikan anak usia dini bertemu bukan sekadar berbincang, tetapi saling belajar, saling berbagi, dan saling menguatkan. TK Qur’an Al Kahfi dari Padang, Sumatera Barat, menyambangi TK Qur’an Ibnu Katsir Jember dalam sebuah sesi studi banding yang hangat, kendati kondisi Jember pagi itu cukup dingin.

Pertemuan ini sebenarnya telah direncanakan sejak lama. DM Instagram TK Qur’an Ibnu Katsir yang masuk hampir setahun sebelumnya, baru terbaca beberapa bulan terakhir. Memang terlambat, namun momen keterlambatan ini ternyata menjadi momen terbaik untuk akhirnya dipertemukan.

Studi banding ini awalnya difokuskan untuk mempelajari bagaimana TK Qur’an Ibnu Katsir menjalankan program tahfidz dan teknis pembelajarannya. Namun, layaknya obrolan baik yang tak terduga ujungnya, diskusi berkembang lebih dalam dan luas. Banyak pertanyaan justru beralih pada topik manajemen lembaga—bagaimana mengelola sekolah, menghadapi dinamika dengan wali murid, hingga menjalin hubungan dengan para pemangku kepentingan di sekitar sekolah.

Para peserta dari TK Al Kahfi, terdiri dari jajaran yayasan, kepala sekolah, dan guru, menyimak dengan antusias. Mereka berbagi pengalaman, bertanya dengan jujur, bahkan bercerita tentang tantangan yang tengah dihadapi. Dari pihak TK Qur’an Ibnu Katsir, tim yang terlibat cukup lengkap: kepala sekolah, bidang kurikulum, bidang tahfidz, humas, serta TU yang mencatat seluruh jalannya pertemuan. Semua bergerak sesuai SOP penyambutan tamu studi banding yang telah disiapkan rapi.

Pertemuan virtual dimulai dengan pemaparan tentang sejarah dan filosofi berdirinya TK Qur’an Ibnu Katsir. Bukan hanya tentang bagaimana program berjalan, tapi juga mengapa program itu penting. Disambung oleh para wakil kepala sekolah di bidang tahfidz dan kurikulum, mereka menjelaskan bagaimana sistem disusun dengan fondasi cinta kepada Al-Qur’an dan perhatian terhadap perkembangan fitrah anak-anak.

Namun yang paling menyentuh adalah suasana diskusinya. Tidak kaku, tidak formil, tapi penuh semangat untuk tumbuh bersama. Bahkan, pihak TK Al Kahfi menyampaikan harapan agar proses ini tidak berhenti hanya pada satu sesi. Mereka ingin melanjutkan komunikasi, bahkan meminta pendampingan dalam menerapkan hal-hal yang telah dipelajari di sekolah mereka.

TK Qur’an Ibnu Katsir sendiri menyambut hangat kolaborasi seperti ini. Bagi mereka, berbagi bukan berarti kehilangan. Justru dengan membuka diri kepada lembaga lain, banyak hal baru bisa ditemukan—baik bagi yang datang belajar, maupun bagi yang menjadi tempat belajar. Tak jarang, pengalaman seperti ini menjadi cermin yang memperlihatkan hal-hal yang sebelumnya luput dari perhatian.

“Semakin sering kita berbagi, semakin banyak teman kita, maka insya Allah kita dimudahkan dalam menjalankan amanah pendidikan,” ujar salah satu tim TK Quran dengan penuh keyakinan.

Dan semua ini bermula dari media sosial. Sebuah unggahan sederhana dari tim medsos TK Qur’an Ibnu Katsir ternyata menarik perhatian TK Al Kahfi hingga akhirnya berbuah forum belajar lintas pulau seperti ini. Siapa sangka? Inilah kekuatan berbagi. Kita hanya berbagi, Allah ﷻ yang mempertemukan.

Semoga pertemuan virtual ini menjadi awal dari banyak pertemuan dan kolaborasi nyata di masa depan. Karena sejatinya, pendidikan bukanlah tentang siapa lebih hebat, tapi siapa yang mau terus belajar, dari siapapun dan di manapun.