Tak semua akhir masa pendidikan ditandai dengan kelulusan dan pulang kampung. Di Pondok Pesantren Ibnu Katsir, Jember, akhir dari masa belajar justru menjadi awal dari babak baru yang lebih menantang, yauti masa pengabdian. Di tahun ini, 36 santri, masing-masing 18 putra dari Angkatan ke-11 dan 18 putri dari Angkatan ke-8, tengah melangkah dalam fase penting tersebut.
Mereka datang dari penjuru Nusantara: dari Aceh hingga Irian Jaya, dari Kalimantan Timur hingga NTT. Selama lima tahun mereka telah menempuh masa pendidikan: empat tahun fokus pada program tahfizh 30 juz, dirosah Islamiyyah, serta kuliah S1, lalu satu tahun untuk mengabdi, berkontribusi kepada umat.
Proses penempatan santri pengabdi bukan sekadar asal tempat kosong. Kepala pondok terlebih dahulu melakukan pemetaan, kemudian bermusyawarah dengan pihak yayasan untuk mencocokkan kebutuhan setiap unit. Prioritas awal adalah memenuhi SDM di unit-unit di bawah Yayasan Ibnu Katsir sendiri. Namun, jika sudah terpenuhi, barulah para santri dikirim ke lembaga-lembaga lain di luar yayasan.
Setiap lembaga memiliki kebutuhan yang beragam. Ada yang membutuhkan guru tahfizh, guru bahasa Arab, tim media, hingga pengelola asrama. Karenanya, para santri dibekali pembekalan khusus selama kurang lebih empat hari sebelum diterjunkan. Meskipun, seperti yang diungkapkan Ustadz Didik, pembekalan idealnya bisa lebih lama, bahkan dimulai satu tahun sebelumnya agar lebih matang secara ruhiyah, keilmuan, dan keterampilan komunikasi.
Tugas para pengabdi pun beragam. Ada yang menjadi pembimbing tahfizh, memastikan santri-santri tetap semangat menambah hafalan dan murojaah. Ada yang mengajar dirosah, menjadi guru bahasa Arab di sekolah maupun pesantren. Ada pula yang bertanggung jawab penuh di bagian kesantrian, mengelola asrama selama 24 jam dengan segala dinamika dan kedisiplinannya.
Tantangan tentu tak sedikit. Tak semua anak didik di tempat pengabdian memiliki latar belakang yang ideal. Ada yang masih lemah dalam ibadah, kedisiplinan, atau motivasi belajar. Di sinilah keteladanan dan komunikasi pengabdi benar-benar diuji. Karena sejatinya, pengabdian bukan sekadar bekerja, tapi membentuk karakter, baik bagi yang mengabdi maupun yang didampingi.
Meski belum semua tempat pengabdian bisa dikunjungi secara langsung, pihak pondok terus menjaga komunikasi dengan para pengabdi dan lembaga tujuan. Informasi terkait perkembangan, tantangan, atau bahkan masalah kedisiplinan selalu dipantau dan didiskusikan. Setiap masukan dari lembaga menjadi evaluasi berharga untuk peningkatan mutu dan persiapan generasi berikutnya.
Respons masyarakat pun beragam. Ada yang sangat antusias hingga meminta kembali pengabdi untuk tahun berikutnya, bahkan beberapa instansi harus ditolak karena keterbatasan jumlah santri. Tapi tentu, ada pula yang menjadi catatan, sebagai bahan perbaikan di masa depan.
Pengabdian bukan sekadar tugas pasca belajar, tapi bagian dari proses pendidikan itu sendiri. Dengan pembekalan yang matang, kepribadian yang kokoh, dan kompetensi yang mumpuni, santri pengabdi diharapkan dapat menjadi agen perubahan di manapun mereka berada.
Karena sejatinya, satu tahun pengabdian ini bukan akhir dari perjalanan. Ia adalah bekal, jejak awal, dan latihan nyata untuk menjadi bagian dari solusi umat. Dan semoga dari para alumni inilah, lahir pemimpin-pemimpin tangguh, pendidik yang tulus, dan dai-dai yang membumikan risalah Islam di seantero negeri.
No. | Nama | Plotting |
1. | Faris Ananda Putra | Ibka 1 -Akademik |
2. | Dwi Puji S. | Ibka 1 -Tahfizh |
3. | Nofriandi | Ibka 1 -Tahfizh |
4. | Wahyudi | Ibka 1 -Kesantrian |
5. | Miftah Ismatullah | Ibka 1 -Akademik |
6. | Arju Khaira | Ibka 1 -Kesantrian |
7. | Ahmad Azhari | Perpus |
8. | Ahwin Najri | Ibka 4 |
9. | Adil Roif Muhammad Farhan | SMAIT |
10. | Aula Abrar | Asy-Syarifi |
11. | Mohammad Faris Alfarado | Ibka Mart |
12. | Fadil Hidaya | Semarang |
13. | Rizki AlHadi | Semarang |
14. | Hamzan Wadi | Media Yayasan |
15. | M Sibghotul Haq | LMI |
16. | Sabrul | Ibka 7 |
17. | Mimif Frangganistan | Madina |
18. | Moh. Husein Abdullah Abdul Aziz | Darul Ilmi |
No. | Nama | Lembaga |
1 | Ghina | IBKA II |
2 | Mahtumah | IBKA II |
3 | Khotimah | IBKA II |
4 | Dila | Karantina |
5 | Yuli | Karantina |
6 | Sinta | IBKA III |
7 | Rizqi | MADINA |
8 | Aprilianti | RQ Balung |
9 | Humairoh | RQ Balung |
10 | Safitri | TKQU Rambipuji |
11 | Nena | TKQU Rambipuji |
12 | Meri | SMAI |
13 | Indri | TK Al-Fath |
14 | Jihan | TK asy-Syahidah |
15 | Zafira | TK Ulul Albab |
16 | Nabia | TK Ulul Albab |
17 | Ita | Salimah |
18 | Atiqoh | LMI |