
Alhamdulillah, Yayasan Ibnu Katsir Jember meresmikan pilot project tempat wudhu dan toilet ramah disabilitas di Masjid Ibnu Katsir, kompleks Pondok Pesantren Ibnu Katsir 3, Kemuninglor, Arjasa, Jember, pada Selasa, 19 Agustus 2025. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh, di antaranya Dandim 0824 Jember Letkol Armed Indra Andriansyah, Camat Arjasa, perwakilan berbagai komunitas disabilitas Jember, takmir masjid, serta para donatur.
Menurut Ketua Yayasan Ibnu Katsir Jember, Kyai Abu Hasanuddin Al Hafidz, penyediaan fasilitas ini berangkat dari kesadaran bahwa masjid harus menjadi ruang ibadah yang inklusif bagi semua kalangan. “Peduli kepada penyandang disabilitas adalah amanah Al-Qur’an. Karena itu, sudah seharusnya masjid memberikan akses yang nyaman dan setara kepada semua” ujarnya.
Untuk tahap awal, Masjid Ibnu Katsir menyediakan dua unit tempat wudhu dan toilet khusus disabilitas—baik untuk putra maupun putri. Ke depan, Ibnu Katsir juga berencana menambahkan kursi roda khusus sebagai fasilitas pendukung. Harapannya, inisiatif ini bisa menginspirasi takmir-takmir masjid lain di Kabupaten Jember untuk membangun rumah ibadah yang ramah disabilitas.
Peresmian ini mendapatkan sambutan luar biasa dari komunitas disabilitas. Dr. Asrorul Ma’is, Pembina Perpenca Kabupaten Jember sekaligus Wakil Rektor Universitas PGRI Argopuro (Unipar), dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukur sekaligus haru. Ia bahkan menyebut para pengurus Ibnu Katsir sebagai “malaikat yang Allah turunkan untuk membersamai kami,” karena begitu jarang ada masjid yang benar-benar memberi perhatian nyata pada kebutuhan disabilitas.

Respon positif juga datang dari berbagai komunitas yang hadir, termasuk ITMI (Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia), Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia), Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin), HWDI (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia), serta beberapa organisasi lokal lain yang konsen terhadap isu disabilitas dan lansia. Kehadiran mereka menegaskan bahwa perhatian pada disabilitas bukan sekadar program seremonial, melainkan kebutuhan nyata.
Ustadz Agus Rohmawan, Wakil Ketua Yayasan Ibnu Katsir Jember, menegaskan bahwa perhatian pada kaum disabilitas bukanlah tren semata, melainkan ajaran Al-Qur’an. Beliau menyinggung surat Abasa, yang berisi pesan Allah kepada Rasulullah ﷺ agar memperlakukan sahabat tunanetra, Abdullah bin Ummi Maktum, dengan penuh hormat. “Kesempatan untuk meraih derajat mulia di hadapan Allah itu sama—baik bagi disabilitas maupun non-disabilitas. Maka masjid inklusif ini adalah wujud nyata bagaimana kita mengaplikasikan Al-Qur’an,” tegas ustadz Agus.
Harapan utama dari komunitas disabilitas adalah agar langkah kecil Ibnu Katsir ini menjadi model percontohan bagi masjid-masjid lain. Tidak hanya bagi penyandang tunadaksa, tunanetra atau tunarungu, tetapi juga bagi lansia yang sering menghadapi keterbatasan serupa.
Mereka berharap, ke depan pemerintah daerah juga ikut memfasilitasi, misalnya dengan mengadakan forum atau sarasehan takmir masjid, sehingga program masjid ramah disabilitas bisa berkembang lebih luas. Sinergi antara ulama dan pemimpin menjadi kunci agar setiap fasilitas umum benar-benar ramah bagi semua kalangan.
“Semoga Masjid Ibnu Katsir ini menjadi awal, dan kelak banyak masjid lain yang mengikuti jejaknya,” demikian harapan yang disampaikan di akhir acara.