
Ada yang berkata bahwa masa paling indah adalah masa-masa SMA. Alasannya adalah, bahwa di masa SMA, biasanya seseorang mulai menemukan cinta pertama yang tak bisa ia lupakan. Itulah yang juga terjadi pada para santri Pondok Pesantren Ibnu Katsir 3 Rembangan. Setelah nyantri tiga tahun, bukan hanya bertemu dengan cinta pertama, mereka bahkan bertemu dengan cinta sejati, yaitu Al Quran.
Tiga tahun lalu, 22 santri angkatan 2021 ini memilih PPA Ibnu Katsir 3 sebagai tempat mereka menuntut ilmu. Selain nyantri, mereka juga bersekolah di SMK-IT Ibnu Katsir dengan konsentrai jurusan Teknik Pengolahan Hasil Pangan. Setidaknya, ada 4 kompetensi utama yang mereka dapatkan,
- Hafalan Al Quran
- Ilmu agama untuk mengarungi kehidupan
- Ilmu akademik umum agar bisa melanjutkan ke perguruan tinggi
- Keahlian hardskill dan softskill ala SMK yang membuat mereka siap untuk berwirausaha.
Alhamdulillah, pada 22 Juni 2024 kemarin, mereka akhirnya diwisuda setelah menyelesaikan berbagai ujian akhir, diantaranya adalah Asesmen Sumatif Akhir Jenjang, ujian pesantren berupa ujian lisan dan praktek, serta ujian tasmi’ hafalan Al Qur’an terakhir sekaligus uji publik. Diantara mereka, ada 7 orang yang mampu menyelesaikan hafalan 30 Juz, dan satu orang yang dapat men-tasmi’kan 30 juz dalam sekali duduk.
Wisuda ke-6 yang digelar oleh PPA Ibnu Katsir 3 ini begitu spesial, karena langsung dihadiri oleh ustadz Muhammad Husein Gaza, salah seorang aktivis kemanusiaan yang sudah tinggal selama 12 tahun di Gaza. Ustadz Husein berpesan agar para santri tetap berpegang teguh dengan Al Quran, karena Al Quran lah sumber kesuksesan di dunia dan di kebahagiaan di akhirat. Beliau juga banyak menceritakan berbagai kisah menakjubkan yang ia saksikan selama di Gaza, yang ia yakini bahwa keajaiban tersebut adlah salah satu berkah dari semangat warga Gaza untuk berinteraksi dan menghafalkan Al Quran.
Dengan lulusnya angkatan 2021 ini, kini Pondok Pesantren Ibnu Katsir 3 telah memiliki sekitar 120 alumni yang telah tersebar di berbagai pelosok nusantara, baik untuk berkarya maupun untuk belajar di jenjang selanjutnya. Ada yang menjadi pengajar, memulai bisnis usaha peternakan, kembali nyantridi berbagai pesantren, menjadi mahasiswa di berbagai kampus, bahkan ada juga alumni yang melanjutkan pendidikan di Tripoli Libya, di kampus dimana Ustadz Adi Hidayat juga pernah belajar disana.