Bermodalkan “nekat”, para asatidz Ibnu Katsir mendirikan sekolah Al Quran setara SD dengan mimpi besar, yaitu mengantarkan anak-anak hafal 30 Juz sebelum lulus. “Karena, jika bermodalkan uang, biaya untuk pendirian sekolah yang kami miliki sebenarnya tidak cukup”, ujar ustadz Syamsul Haidi, perintis sekaligus kepala sekolah Madina sejak awal berdiri hingga sekarang.
Harapan yang dianggap terlalu tinggi bagi sementara orang ini sempat membuat para pengajar dan pengurus Madina goyah, “Benarkah kami bisa mengantarkan anak usia SD hafal 30 Juz sebelum lulus?”. Kegelisahan ini memaksa para pengajar untuk berulangkali mengotak-atik program tahfizh demi terbentuknya sistem yang ramah bagi anak-anak SD untuk menghafalkan Al Quran 30 Juz.
Alhamdulillah, berkat mujahadah keras para santri, dukungan luar biasa para orang tua, serta ketelatenan para musyrif-musyrifah saat membimbing di sekolah, ada 3 santri angkatan pertama yang akhirnya dapat menyelesaikan 30 juz. Selain itu, 21 wisudawan lainnya berhasil menyetorkan hafalan lebih dari 8 Juz selama 6 tahun menuntut ilmu di Madina Ibnu Katsir. Pada 22 Juni 2024 kemarin, angkatan pertama ini melaksanakan wisuda.
Wisuda kelulusan pertama Madina Ibnu Katsir yang dilaksanakan di gedung Zainuri Universitas Muhammadiyah ini begitu istimewa. Bupati Jember periode 2021-2024, Ir. H. Hendy Siswanto, ST, IPU, hadir secara langsung dan memberikan sambutan dalam acara ini. Beliau begitu terkesan dengan pendidikan Al Quran untuk usia SD di Madina. Selain itu, beliau juga menyampaikan kesiapan untuk mendukung pengembangan Madina dan Ibnu Katsir agar dapat lebih memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya warga Jember.
Hadirnya ustadz Muhammad Husein Gaza sebagai pembicara dalam wisuda perdana ini menjadi penyempurna acara kali ini. Sebagai aktivis kemanusiaan yang telah tinggal 12 tahun di Gaza, ia benar-benar mengenal seluk beluk Gaza dan segala perjuangannya. Dalam orasinya, ustadz Husein menjelaskan rahasia kekuatan perjuangan di Gaza. Kendati areanya begitu kecil dengan persenjataan yang tak sebanding, namun Gaza masih mampu bertahan dan memberikan perlawanan sengit kepada Israel yang di dukung secara terang-terangan oleh Amerika, Inggris, Jerman, Ukraina, dan banyak negara lainnya.
“Karena Al Qur’an lah, mereka dapat bertahan!”, ujar ustadz Husein, membakar ghiroh para hadirin. Ia menceritakan bagaimana para mujahidin bersungguh-sungguh dalam berinteraksi dan mengamalkan Al Quran, sehingga mereka memiliki kekuatan yang “tidak masuk akal”, karena sudah 9 bulan berlalu, gempuran dari negara-negara adidaya yang bersatu mendukung Israel tak mampu membuat Gaza menyerah. Padahal, dari segi jumlah personil dan peralatan perang, apa yang dimiliki pejuang Gaza tak ada secuil dari yang dimiliki oleh para musuh.
Untuk menunjukkan solidaritas terhadap masyarakat Palestina, diadakan penggalangan dana yang akan disalurkan seluruhnya untuk membantu warga Palestina melalui INH (International Networking for Humanitarian). Terkumpul sekitar 12 juta rupiah dalam penggalangan ini. Tentu saja, jumlah ini masihlah sangat kecil jika dibandingkan degnan kebutuhan saudara-saudara muslim disana yang amat membutuhkan bantuan.
Dipandu muhasabah oleh Kyai Abuhasanuddin, prosesi sungkeman para wisudawan kepada orangtua masing-masing menjadi momen yang amat mengharukan. Bukan hanya para wisudawan dan para walisantri yang berurai airmata, para hadirin berikut asatidz pun tak luput dari keharuan yang menyeruak pada saat itu.
Selain prosesi wisuda untuk kelas 6, acara kali ini juga sekaligus haflah bagi 7 santri yang sudah menyelesaikan hafalan Juz 27-30 ditambah surat Al Baqarah dan Ali Imran. Santri kelas 1 yang sudah mengkhatamkan tilawah Al Quran 30 juz juga mendapatkan apresiasi dari sekolah.
Pada akhirnya, angkatan 1 yang membersamai suka duka Madina sejak awal berdiri, saksi perjuangan yang mana para walimuridnya tidak segan untuk mengorbankan banyak hal untuk membantu Madina telah diwisuda. Semoga ilmu yang didapatkan selama belajar dapat menjadi bekal yang baik untuk menahapi jenjang sealnjutnya.