
Kendati Al Quran itu sudah Allah ﷻ mudahkan untuk dipelajari, nyatanya, menghafalkan Al Quran 30 Juz bukanlah hal yang bisa dianggap mudap. Apalagi jika proses hafalan itu “disambi” dengan berkuliah S1 dan belajar ilmu agama di pesantren. Demikianlah gambaran umum kurikulum dari Pondok Pesantren Ibnu Katsir 1 dan 2 yang memadukan 3 program utama; Hafal Al Quran, Kuliah S1, serta Dirosah Islamiyah.
Selama empat tahun penuh dedikasi dan pengorbanan, para mahasantri Ibka 1 dan 2 menapaki jalan panjang dalam menghafal Al Quran, belajar ilmu agama, serta mengenyam pendidikan S1 di kampus Unipar. Sudah tak terhitung berapa kali mereka merasa hendak menyerah hingga berurai air mata. Hanya saja, mereka lebih memilih untuk bersabar untuk terus berproses bersama Ibnu Katsir untuk dapat menggapai cita-cita mereka untuk menjadi bagian dari barisan penjaga kalam Allah ﷻ.
Alhamdulillah pada 23 Juni kemarin, 10 mahasantri putra Ibka 1 dan 31 mahasantri putri Ibka 22 angkatan 2020 pada akhirnya dinyatakan lulus dalam wisuda Al Quran IX. Diantara mereka, ada 10 orang yang Allah ﷻ berikan anugerah hafalan Al Quran 30 Juz. Sebelum diwisuda, mereka harus menjalani berbagai ujian terlebih dahulu, (1) Membaca seluruh hafalan di depan adik angkatan, (2) membaca seluruh hafalan Al Quran di depan orang tua dan keluarga, (3) uji publik hafalan dan penguasaan mereka terhadap kitab kuning.
Selain hafal Al Quran, seluruh wisudawan angkatan 2020 ini juga mempelajari kitab kuning. Metode yang digunakan untuk belajar membaca kitab adalah metode Al Miftah lil Ulum yang berasal dari Pondok Pesantren Sidogiri. Meskipun sebagian besar waktu para mahasantri tersita untuk 3 program utama seperti diatas, berkat kemudahan yang didapat dari metode Al Miftah, mereka mampu untuk membaca dan memahami teks kitab kuning dengan baik.
Salah satu hal yang menjadikan wisuda pada tahun ini begitu istimewa adalah karena hadirnya salah seorang pejuang kemanusiaan yang sudah tinggal selama 12 tahun di Gaza, ustadz Muhammad Husein Gaza. Beliau berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan tausiyah pengobar semangat khususnya kepada para wisudawan agar berpegang teguh kepada Al Quran, karena Al QUran lah yang akan menjadi sumber kebesaran dan penyelamat dunia akhirat.
Dalam tausiyahnya, ustadz Husein memberikan contoh yang ia saksikan secara langsung tentang bagaimana Al Quran dapat menjadikan masyarakat Gaza tetap kuat dan tak menyerah kendati di bombardir sedemikian rupa oleh Israel dan sekutunya. Padahal, jika dibandingkan dari sisi personil dan peralatan tempur, Gaza berada jauh dibawah Israel yang dibantu langsung oleh Amerika, Inggris, Jerman, dan berbagai negara lainnya. Namun, Gaza yang “kecil” itu berhasil memberikan perlawanan sengit, bahkan menghancurkan ratusan tank Israel dengan rudal-rudal mereka.
Tempat tinggal, gedung-gedung, bahkan rumah sakit, semuanya hancur oleh kekejaman Israel. Puluhan ribu syuhada’ yang bahkan juga terdiri dari anak-anak dan wanita, tidak membuat warga Gaza gentar dan memelas kepada Israel. Iman mereka tetap kokoh, semangat perjuangan mereka tetap berkobar. Al Qur’an lah yang menjadi sumber kekuatan mereka. Di Gaza, penghafal Al Quran itu bukan hanya dari kalangan penuntut ilmu agama saja. Para dokter, mekanik, perawat, ibu-ibu, dan banyak lainnya, berlomba-lomba untuk menghafal dan menyetorkan hafalan Al Quran mereka.
Salah satu prosesi paling sakral dalam wisuda Al Quran ini adalah saat para wisudawan dan wisudawati disumpah untuk senantiasa istiqomah bersama Al Quran. Betapa banyak orang yang sudah hafal Al Quran menjadi lalai murojaah dan enggan mengajarkannya. Dengan sumpah ini, diharapkan seluruh wisudawan wisudawati maupun seluruh hadirin yang juga turut menghafalkan Al Quran lebih bersungguh-sungguh lagi dalam menjaga Al Quran dalam ingatan, hati, dan prilaku mereka. Al Quran adalah sumber kemuliaan, maka dari itu, meninggalkannya sama dengan menjauh dari kemuliaan yang Allah ﷻ janjikan kepada para penjaga kalam-Nya.
Barakallahulakum, seluruh wisudawan dan wisudawati di Wisuda Al Qur’an 2024, semoga ilmu yang didapatkan selama menimba ilmu 4 tahun di Ibnu Katsir dapat menjadi bekal untuk menjadi manusia yang bermanfaat di tengah masyarakat dan guna. Wisuda bukanlah akhir dari perjalanan menuntut ilmu, namun justru sebagai titik awal untuk dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari serta belajar ilmu yang lebih luas lagi. Setelah wisuda ini, perjuangan yang sesungguhnya baru akan dimulai.