UNRWA Peringatkan Bencana Kelaparan di Gaza,  Gudang Bantuan Sudah Kosong

Gudang-gudang bantuan yang kosong dan jalur-jalur perbatasan yang ditutup membuat Gaza kini benar-benar berada di ambang kelaparan besar. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan bahwa sistem kemanusiaan dunia sendiri sedang terancam runtuh.

Adnan Abu Hasna, penasihat media UNRWA, mengatakan bahwa situasi di Gaza sudah melampaui batas bencana. Ia mengungkapkan, semua gudang UNRWA kini telah kehabisan stok makanan.

Ia juga menegaskan, Israel bahkan melarang masuknya sebotol air atau vaksin yang bisa menyelamatkan nyawa seorang anak.

Dalam wawancaranya bersama Al-Jazeera, Abu Hasna menjelaskan bahwa UNRWA—yang merupakan organisasi kemanusiaan terbesar di Gaza—saat ini tidak memiliki satu pun barang untuk dibagikan. Begitu juga dengan Program Pangan Dunia (WFP) yang persediaannya sudah habis total.

Menurutnya, kondisi di lapangan sangat kritis. Puluhan ribu orang kini menghadapi kelaparan, dan pemandangan memilukan tentang orang-orang yang kelaparan sudah bisa dilihat hampir di seluruh wilayah Gaza.

Beberapa hari terakhir, berbagai organisasi kemanusiaan mengonfirmasi bahwa semua stok makanan di Gaza benar-benar telah habis. Banyak toko roti terpaksa tutup karena kekurangan tepung dan bahan bakar.

Ruth James, Koordinator Kemanusiaan Oxfam untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, menyampaikan bahwa Oxfam bersama sejumlah lembaga lain terus mendesak agar perbatasan dibuka kembali untuk mencegah bencana kelaparan yang lebih parah.

Abu Hasna menjelaskan bahwa bahkan sebelum krisis ini, 95% warga Gaza sudah bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bisa bertahan hidup. UNRWA selama ini mengoperasikan dapur umum dan membagikan bahan pangan. Namun kini, semua persediaan itu habis. Gaza pun terancam mengalami bencana kemanusiaan dalam skala penuh.

Sejak didirikan tahun 1949, UNRWA melayani sekitar 5,9 juta pengungsi Palestina di Yordania, Lebanon, Suriah, Tepi Barat, dan Gaza. Namun kali ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah, UNRWA menghadapi hampir dua bulan tanpa ada satu pun bantuan yang masuk ke Gaza.

“Dulu, kita berdebat soal berapa banyak truk bantuan yang boleh masuk, apakah 80 atau 120 truk,” kata Abu Hasna. “Sekarang, semuanya diblokir: makanan, obat-obatan, bahan bakar, air, bahkan vaksin penting seperti polio dan kolera.”

Ia menambahkan bahwa pembatasan yang sangat ketat ini membuat keadaan semakin buruk. Warga Gaza kini terpaksa meminum air yang tidak layak konsumsi.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah menutup semua perbatasan dan menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan dan medis ke Gaza. Pada Jumat lalu, Gerakan Perlawanan Palestina (Hamas) memperingatkan bahwa bencana kemanusiaan ini telah mencapai tahap yang sangat berbahaya. Warga Gaza kini benar-benar menghadapi ancaman kelaparan.

Saat ditanya tentang respons internasional, Abu Hasna menjawab, “Meskipun ada banyak seruan dari dunia internasional, tidak ada tindakan nyata yang terjadi. Israel tetap mengabaikan semua permintaan untuk membuka jalur bantuan.”

Ia menambahkan bahwa krisis ini sudah melampaui kemampuan UNRWA atau bahkan PBB sendiri. “Yang sedang diuji sekarang adalah seluruh sistem dunia,” kata Abu Hasna. Menurutnya, nilai-nilai dan prinsip kemanusiaan yang mendasari berdirinya PBB setelah Perang Dunia II kini benar-benar dipertaruhkan.

“Kita menyaksikan pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional—bahkan untuk memasukkan sebotol air atau vaksin pun tidak bisa dilakukan,” tegasnya.

Abu Hasna menyebut bahwa saat ini adalah momen penting, bukan hanya untuk Gaza, tapi juga untuk seluruh dunia.

“Kalau dunia gagal membela hak asasi manusia dan menyelamatkan jutaan nyawa di Gaza, maka kita akan kehilangan dasar dari sistem kemanusiaan yang selama ini kita banggakan,” katanya.

Ia mengakhiri dengan menekankan bahwa tanggung jawab besar kini ada di tangan komunitas internasional. “Dunia harus segera bertindak. Bantuan penting harus bisa masuk secepatnya. Banyak nyawa yang sedang terancam, dan kelaparan bukan lagi ancaman di depan mata—kelaparan itu sudah benar-benar terjadi sekarang,” ujarnya.

Sementara itu, serangan militer Israel ke Gaza terus berlanjut sejak Oktober 2023. Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 52.000 warga Palestina telah tewas, sekitar 118.000 lainnya terluka, dan banyak yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan tanpa bisa diselamatkan.

Berita ini diambil dari artikel berjudul UNRWA Warns of Famine in Gaza as Aid Warehouses Run Dry yang diterbitkan di www.palestinechronicle.com pada 27 April 2025