Menjadi Pemimpin Sekolah yang Berinovasi : Pengalaman Ustadzah Anis Rohmatillah & Ustadz Syamsul Haidi dalam Pelatihan Kepala Sekolah JSIT

Akhir September lalu, dua sosok pendidik dari Ibnu Katsir berangkat ke Surabaya dengan semangat belajar yang sama. Mereka adalah Ustadzah Anis Rohmatillah, S.Sos., S.Pd. (Kepala TK Qur’an Ibnu Katsir) dan Ustadz Syamsul Haidi, S.Pd.I (Kepala SD Madina Ibnu Katsir). Keduanya mengikuti Pelatihan Kepala Sekolah JSIT yang berlangsung di Hotel Surabaya Suites, pada tanggal 29–31 September.

Pelatihan ini diikuti oleh para kepala sekolah Islam terpadu (IT) dari berbagai daerah. Meski awalnya hanya direncanakan satu batch, karena antusiasme peserta yang begitu tinggi, kegiatan pun diperpanjang hingga dua batch.

“Tujuan utama pelatihan ini bukan sekadar meningkatkan kompetensi dan kapabilitas kepala sekolah,” tutur Ustadzah Anis, “tapi juga semacam evaluasi bagaimana sebenarnya para kepala sekolah IT ini menjalankan manajemen di lembaga masing-masing.”

Salah satu materi yang paling berkesan adalah tentang penyusunan kebijakan mutu. Sebuah sekolah, kata Ustadzah Anis, dinilai baik atau tidaknya salah satunya melalui kebijakan mutu yang dimiliki.

“Selama ini banyak sekolah memang punya jaminan mutu, tapi sering kali belum terdokumentasi dengan baik. Di pelatihan ini kami belajar runtutannya—mulai dari analisis isu, mengumpulkan harapan stakeholder, hingga menyelaraskan dengan visi misi lembaga. Semua itu diramu agar lahir dokumen yang benar-benar bicara, bukan sekadar formalitas,” jelasnya.

Proses ini tidak hanya menekankan teori, melainkan juga praktik. Setiap peserta diminta membawa laptop atau tablet agar bisa langsung menyusun rancangan dokumen di tempat. “Itu yang membuat pelatihan ini sangat aplikatif,” tambahnya.

Selain itu, para peserta juga diajak untuk menajamkan leadership innovation atau kepemimpinan yang berinovasi. Seorang kepala sekolah, menurut Ustadzah Anis, harus mampu membentuk tim yang siap berinovasi dan tidak hanya berpikir untuk hari ini, tetapi juga mengantisipasi tantangan di masa depan.

“Sekolah harus siap bersaing secara sehat, tidak boleh tertinggal. Itu hanya bisa tercapai kalau pemimpinnya berani berinovasi, dan mampu menyiapkan tim yang solid,” ujarnya.

Ustadz Syamsul Haidi yang mendampingi juga merasakan manfaat serupa. Ia menegaskan bahwa pelatihan ini memberikan banyak insight baru, terutama tentang pentingnya standar bagi seorang pemimpin dan bagaimana membangun tim yang kompeten serta inovatif.

Yang membuat keduanya semakin terkesan adalah praktik nyata yang mendominasi pelatihan. “Tidak hanya mendengar teori, tapi langsung mengerjakan. Itu membuat apa yang dipelajari bisa segera diaplikasikan di sekolah,” ungkap Ustadzah Anis.

Ia menutup ceritanya dengan penuh optimisme:
“Pelatihan ini menyadarkan kami bahwa perjalanan sekolah tidak cukup hanya dipikirkan untuk hari ini. Masa depan menanti, dan sekolah harus siap menjawabnya dengan inovasi, kreativitas, serta kepemimpinan yang kuat.”