
Para ulama di masa lampau memiliki banyak sekali teladan luar biasa dalam perbuatan dan perkataan mereka. Begitu pula dengan imam Malik bin Anas, atau lebih sering dikenal dengan nama imam Malik, seorang ulama besar pendiri madzhab Maliki.
Selain memiliki perbuatan dengan adab yang luar biasa baiknya, imam Malik juga sering mengucapkan perkataan yang menyentuh hati. Salah satunya adalah ketika ia mendeskripsikan kebahagiaan.
Makna kebahagiaan yang sebenarnya itu bukanlah sebuah perasaan yang akan dirasakan oleh orang-orang yang memiliki kehidupan nyaman dan banyak uang. Orang-orang yang memiliki posisi tinggi dan jabatan yang besar pun tidak akan menjamin dirinya untuk bisa mendapatkan kebahagiaan.
Namun, bagi imam Malik, kebahagiaan akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa bisa untuk berbuat kebaikan ketika mereka ingin melakukannya.
Imam Malik bin Anas rahimahullah, berkata,
من سعادة المرء أن يوفق للصواب والخير، ومن شقوة المرء أن لا يزال يخطىء.
“Di antara kebahagiaan seseorang adalah diberi taufik untuk mengikuti kebenaran dan kebaikan. Sedangkan termasuk kesengsaraan seseorang adalah terus-menerus dalam kesalahan.”
[Ibnu Abdil Barr, dalam Jami’ Bayanil Ilmi]
Memang, ada kalanya seseorang ingin berbuat kebaikan, namun tidak kuasa untuk melakukannya, atau bahkan lupa mengerjakannya. Maka dari itu, berbahagialah orang-orang yang ketika diberi taufik oleh Allah ﷻ untuk mengerjakan kebaikan, mereka kemudian ingin melakukannya dan akhirnya bisa mengerjakan kebaikan tersebut.
Artikel ini telah tayang di Khazanahimani.com yang diasuh oleh alumni Ibnu Katsir