
Mungkin, nama imam Fudhail bin Iyadh tidaklah asing terdengar dikalangan para muslim penuntut ilmu. Banyak sekali petuah-petuah dan nasehat bijak yang ia sampaikan untuk membimbing umat Islam, baik pada masa kehidupannya maupun setelahnya.
Sebelum menjadi ulama besar, ia adalah perampok yang cukup ditakuti di tempatnya. Namun, semua berbalik ketika hidayah Allah ﷻ menyapa. Ia tidak hanya bertaubat biasa, namun juga benar-benar berusaha untuk menjadi orang yang mulia dalam pandangan Allah ﷻ.
Ia benar-benar belajar dengan keras untuk mendalami ilmu agama. Setelah taubatnya, Fudhail bin Iyadh menekuni berbagai ilmu agama, terutama hadis. Ia berguru dari banyak ulama pada masanya. Di antaranya adalah Sufyan ats-Tsauri, al-A’masy, Manshur bin Mu’tamir, dan Hisyam bin Hassan.
Pada akhirnya, ia dikenal sebagai pakar ilmu hadis dan memiliki banyak sanad. Beberapa tokoh yang di kemudian hari menjadi ulama besar tercatat pernah berguru kepadanya. Sebut saja, Imam Syafi’i, Ibnu al-Mubarok, al-Humaidy, dan Yahya bin al Qaththan
Diceritakan dari buku Kisah-Kisah Para Ulama dalam Menuntut Ilmu, imam Fudhail bin Iyadh sering menggunakan waktu malamnya untuk mempelajari ilmu.
Disebutkan bahwa ia dan teman-temannya, yang terdiri dari Al-Mughirah, Al Qa’qa bin Yazid, Ibnu Syubrumah dan lain-lain sering bermudzakarah ilmu fikih diwaktu malam. Saking lamanya mereka belajar di waktu malam, hingga terkadang mereka baru mengakhiri pembelajaran di waktu shubuh.
MasyaaAllah, betapa usaha yang ia tempuh begitu luar biasa, tidak heran jika Allah ﷻ memberinya anugrah yang luar biasa. Semula ia adalah seorang perampok yang ditakuti, kemudian menjadi ulama besar yang dihormati oleh umat Islam, dan kebaikannya terus mengalir hingga akhir zaman karena ilmu-ilmu yang ia ajarkan.
Diantara kalam hikmah yang disampaikan oleh Fudhail bin Iyadh adalah perkataan yang ia tujukan untuk dirinya sendiri,
“Wahai, kasihannya engkau…..engkau berbuat buruk, tetapi engkau merasa berbuat baik, engkau tidak tahu, tetapi merasa selevel dengan ‘ulama’, engkau kikir, tetapi engkau merasa dermawan, engkau pandir, tetapi merasa berakal (cerdas), ajalmu pendek , namun angan-anganmu panjang.”
Sudah siap menekuni cara belajar ala imam Fudhail bin Iyadh?
Artikel ini telah terbit di Khazanahimani.com, portal yang diasuh oleh alumni Ibnu Katsir