PPSQ Ibnu Katsir Gelar Seminar Kepenulisan Bersama Penulis Best Seller Nasional

Generasi cemerlang peradaban Islam pada masa lampau ternyata kental dengan tradisi menulis. Bahkan, ribuan karya tulis para ulama dan cendikiawan di masa lampau, atau mungkin lebih dari itu, dapat kita nikmati dan ambil ilmunya hingga sekarang.

Melahirkan kembali tradisi yang membuat peradaban Islam di masa lampau itu dapat menguasai dunia tidak lah mudah. Namun, jika tidak diusahakan sama sekali, bagaimana bisa Islam kembali menjadi peradaban yang menguasai dan mengisi dunia dengan kebaikan?

Dalam rangka menyongsong pereadaban Islam berkemajuan tersebut, Perpustakaan dan Pusat Studi Quran (PPSQ) Ibnu Katsir menggelar Ngaji Literasi—sebuah seminar kepenulisan—dengan langsung mendatangkan penulis puluhan buku islami best seller, yaitu Ahmad Rifa’i Rif’an.

Digelar pada 12 November 2022 kemarin, acara bertema “Mengukir peradaban Bangsa dengan Karya Tulis Mendunia” ini menarik antusiasme para remaja dan anak-anak muda. Sekitar 300 peserta yang didominasi oleh kawula muda memenuhi masjid Ibnu Katsir yang berlokasi di jalan wisata Rembangan untuk menimba ilmu kepenulisan langsung dari sumbernya.

Kepiawaian narasumber menyampaikan materi membuat peserta betah duduk berlama-lama untuk menyimak. Dari sekian banyak pengalaman yang diceritakan dan tips menulis yang disampaikan, ada 3 hal yang harus senantiasa dimiliki para penulis saat hendak mengabadikan karyanya melalui tulisan, yaitu motivasi, eksekusi, dan konsistensi.

Dengan adanya motivasi menulis, seseorang akan memiliki semangat yang mendorong dirinya untuk terus berproses dalam menghasilkan sebuah karya. Namun, sebesar apapun motivasi yang dimiliki, jika tidak tereksekusi, maka tidak akan ada karya yang dapat diterbitkan.

Memiliki motivasi besar dan kemampuan untuk mengeksekusi ternyata belum cukup, karena sewaktu-waktu motivasi dan kemampuan ekseskusi bisa turun, bahkan menghilang. Maka dari itu, butuh konsistensi agar motivasi tetap terjaga serta energi untuk mengeksekusi tetap menyala.

Tidak inginkah nama kita dikenang sejarah, entah sebagai seseorang yang namanya ditulis, atau seseorang yang menulis? Jika iya, mari bersama untuk menumbuhkan semangat untuk menulis karya, mengabadikan pemikiran, lebih-lebih untuk menegakkan kembali peradaban. Semoga para epserta Ngaji Literasi ini sama-sama dapat menerbitkan karya yang mendunia